Renungan di Hari Jumat
Renungan di Hari Jumat
Kehidupan penuh harta dan harapan,
Tapi hati tak pernah benar-benar tenang.
Mengira sukses dan harta penuh kenikmatan,
Namun gelisah menguasai, tak pernah sirna.
Sebenarnya, pada dosa dan maksiatlah penyebabnya,
Mengabaikan perintah sang penguasa dunia.
Rasulullah menunjukkan kebenaran ini,
Kebaikan berarti budi pekerti, dosa menimbulkan keresahan.
Kita punya naluri, tahu apa yang salah,
Namun seringkali menutup mata, tak berani mengakui.
Tapi, ubahlah keburukan menjadi kebaikan,
Kepada Allah kembali, hati akan tenang selamanya.
Jumat tiba lagi, hadir di depan kita,
Marilah kita bershalawat pada Nabi Muhammad yang mulia.
Bertobatlah, memohon ampunan pada Yang Maha Esa,
Baca Al Kahfi, Maryam, Yasin, serta istighfar tanpa henti.
Mandi suci, pakai baju putih suci, Salat Jumat dengan penuh keikhlasan dalam jiwa. Semoga semua pesan ini bermanfaat dan barokah,
Hari Jumat, saat penuh berkah dan ampunan,
Mari mengisi hati dengan cinta dan ketaatan.
Melangkah lurus, meraih ketenangan sejati,
Menuju hidup yang berarti, terang di dunia dan akhirat
Puisi ini adalah sebuah renungan yang ditulis dengan tema Hari Jumat, di mana penulis menggambarkan kehidupan manusia yang sering kali dipenuhi dengan harta dan harapan, namun hati tetap gelisah dan tak pernah benar-benar tenang. Penyebabnya terletak pada dosa dan maksiat yang sering diabaikan, serta ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan.
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kebaikan dan budi pekerti akan membawa ketenangan hati, sedangkan dosa akan menimbulkan keresahan. Penulis menyatakan bahwa manusia sebenarnya memiliki naluri untuk tahu apa yang salah, tetapi sering kali menutup mata dan enggan mengakui kesalahan.
Namun, penulis menawarkan harapan bahwa keburukan dapat diubah menjadi kebaikan dengan bertaubat kepada Allah. Hari Jumat dijelaskan sebagai hari yang penuh berkah dan ampunan, dan penulis mengajak untuk melakukan shalawat pada Nabi Muhammad serta berbagai amalan baik seperti membaca surah Al-Kahfi, Maryam, Yasin, dan beristighfar tanpa henti.
Pada Hari Jumat, penulis mengajak untuk melakukan mandi suci dan salat Jumat dengan penuh keikhlasan dalam jiwa. Semua pesan dalam puisi ini diharapkan membawa manfaat dan barokah bagi pembacanya. Puisi ini juga menegaskan pentingnya mengisi hati dengan cinta dan ketaatan serta berjalan lurus menuju hidup yang memiliki arti dan cahaya di dunia dan akhirat.
Secara keseluruhan, puisi ini mencerminkan refleksi tentang kesalahan dan harapan akan ampunan serta upaya untuk mendapatkan ketenangan dan hidup bermakna melalui kebaikan dan ketaatan kepada Allah.
Komentar
Posting Komentar