Drajat pemegang ilmu

Di puncak kebijaksanaan ulama bercahaya,

Derajat mereka menembus langit yang tinggi.

Tujuh ratus tangga menuju kesucian murni,

Ditapaki hati yang penuh keyakinan.


Jarak antara derajat, lima ratus tahun terhampar,

Sebuah perjalanan panjang yang penuh pengorbanan.

Namun, tak sebanding dengan ilmu yang diperoleh,

Sedalam samudera, sejauh bintang-bintang berkelana.


Kata-kata Yang Mahakuasa memenuhi jiwa,

"Apakah orang yang tahu dan yang tak tahu sama?"

Tak ada kesamaan di antara cahaya dan kegelapan,

Tak ada persamaan dalam kebijaksanaan dan kebodohan.


Para ulama, penjaga gemilang kebenaran,

Cahaya bagi jiwa yang kelana dalam kegelapan.

Mereka menatap dunia dengan mata yang tercerahkan,

Menjaga agama dalam langkah-langkah yang lurus.


Hormatilah ulama, penuntun langkah keimanan,

Benteng pengetahuan, bijak dalam segala hikmah.

Mereka merefleksikan nur yang disalurkan Ilahi,

Melalui kata-kata yang memancar dari hati.


Takkan terhingga derajat ulama yang mulia,

Tinggi di atas orang beriman dalam ribuan kata.

Dalam perjalanan ilmu, waktu tak berbatas,

Menerangi setiap generasi, menggapai cakrawala.


Terimalah pesan ini, wahai hati yang terbuka,

Kenali nilai ulama, hargailah mereka sebagai penerang.

Janganlah terhenti dalam keraguan yang kelam,

Teruslah menuntut ilmu, memperkaya jiwa dalam senyawa.


Penjelasan:


Puisi di atas memuat penghormatan dan pengagungan terhadap ulama sebagai para pemimpin spiritual yang bijaksana dan berilmu tinggi. Puisi tersebut menggambarkan puncak kebijaksanaan para ulama yang bercahaya, dengan derajat mereka yang mampu menembus langit yang tinggi. Dalam perjalanan mereka menuju kesucian murni, mereka harus menapaki tujuh ratus tangga yang penuh pengorbanan, namun segala upaya dan waktu yang diperlukan tak sebanding dengan pencerahan ilmu yang mereka peroleh.


Puisi ini menekankan pentingnya nilai ilmu dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh para ulama. , Mereka telah menjadi penjaga gemilang kebenaran dan cahaya bagi jiwa yang mencari kebenaran dalam kegelapan. Dengan pengetahuan yang mereka miliki, ulama melihat dunia dengan mata yang tercerahkan, dan mereka bertugas menjaga agama dalam langkah-langkah yang lurus.


Kata-kata Yang Mahakuasa dipercayakan kepada para ulama, yang memenuhi jiwa dan memberikan wawasan akan perbedaan antara orang yang berilmu dan yang tidak. Seperti cahaya dan kegelapan, ilmu dan kebodohan tak dapat disamakan, dan kebijaksanaan mereka tak dapat dibandingkan.


Para ulama dipandang sebagai penuntun langkah beriman, dan benteng pengetahuan yang bijak dalam segala hikmah. Mereka adalah cerminan dari cahaya ilahi yang disalurkan melalui kata-kata yang tulus dan memancar dari hati. Derajat mereka yang mulia tak terhingga, melebihi keagungan orang beriman dalam ribuan kata.


Puisi ini juga menyoroti makna tak terbatas dalam perjalanan ilmu. Waktu tak membatasi cahaya pengetahuan yang mereka bawa, dan ulama selalu berusaha untuk menerangi setiap generasi, menggapai cakrawala pengetahuan yang lebih tinggi.


Dengan pesan yang kuat, puisi ini mengajak hati yang terbuka untuk mengenali nilai ulama dan menghargai peran mereka sebagai penerang dalam kehidupan. Kita diajak untuk terus menuntut ilmu dan memperkaya jiwa dengan pengetahuan yang berharga, agar kita dapat mengatasi keraguan yang kelam dan terus berjalan dalam jalan kebenaran. Puisi ini menjadi sebuah pengingat untuk selalu menghormati dan mengapresiasi peran ulama dalam membawa pencerahan bagi umat manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggapai Ketenangan

Keistimewaan Al-Qur'an

TPQ #ungkapan kepada sang guru TPQ